Kitab Ilmu #2/4

Bab Ke-15: Pemahaman dalam Hal Ilmu

(Saya berkata, “Dalam hal ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Umar yang telah disebutkan di muka [4 – BAB].’)

Bab Ke-16: Berkeinginan Besar untuk Menjadi Orang yang Mempunyai Ilmu & Hikmah

Umar berkata, “Belajarlah ilmu agama yang mendalam sebelum kamu dijadikan pemimpin”.[21]

Sahabat-sahabat Nabi saw. masih terus belajar pada waktu usia mereka sudah lanjut

56. Abdullah bin Mas’ud berkata, “Nabi saw bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada 2 hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya dalam kebenaran, & seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara & mengajar dengannya.

Bab Ke-17: Mengenai apa yang disebutkan perihal kepergian Nabi Musa a.s. di lautan untuk menemui Khidhir & firman Allah, “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (al-Kahfi: 66)

57. Ubaidullah bin Abdullah dari Ibnu Abbas, bahwa ia, berselisih pendapat dengan Hurr bin Qais bin Hishin Al-Fazari perihal kawan Nabi Musa yakni orang yang dicari Nabi Musa a.s.. Ibnu Abbas mengatakan bahwa kawan yang dimaksud itu ialah Khidhir, sedangkan Hurr mengatakan bukan.

Kemudian lewatlah Ubay bin Ka’ab [al-Anshari 8/ 193] di depan mereka. Ibnu Abbas lalu memanggilnya kemudian berkata, “Sesungguhnya aku berselisih pendapat dengan sahabatku ini siapa kawan Musa yang olehnya ditanyakan mengenai jalan untuk menuju tempatnya itu, agar dapat bertemu dengannya. Apakah kamu pernah mendengar hal-ihwalnya yang kamu dengar sendiri dari Nabi saw?”

Ubay bin Ka’ab menjawab, “Ya, saya mendengar Rasulullah saw. [menyebut-nyebut hal-ihwalnya 1/27]. Beliau bersabda, ‘Ketika Musa duduk bersama beberapa orang Bani Israel, [tiba-tiba seorang laki-laki datang & bertanya kepadanya (Musa), ‘Adakah seseorang yang lebih pandai daripada kamu?’ Musa menjawab, ‘Tidak.” Maka, Allah menurunkan wahyu kepada Musa, “Ada, yaitu hamba Kami Khidhir.” Musa bertanya kepada (Allah) bagaimana jalan ke sana (pada suatu riwayat : bagaimana cara bertemu dengannya 1/8).

Maka, Allah menjadikan ikan sebagai sebuah tanda baginya & dikatakan kepadanya, ‘Apabila ikan itu hilang darimu, maka kembalilah (ke tempat di mana ikan itu hilang) karena engkau akan bertemu dengannya (Khidhir). ‘Maka, Musa pun mengikuti jejak ikan laut. Murid Musa berkata kepadanya, ‘Adakah kamu melihat kita berdiam yakni ketika beristirahat di batu besar.

Sesungguhnya aku terlupa kepada ikan hiu itu & tiada yang membuat aku lupa tentang hal itu, melainkan setan.’ Musa berkata, ‘Kalau demikian, memang itulah tempat yang kita cari.’ Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Kemudian mereka bertemu dengan Khidhir. Maka, apa yang terjadi pada mereka selanjutnya telah diceritakan Allah Azza wa Jalla di dalam Kitab-Nya.”

Bab Ke-18: Sabda Nabi saw., “Ya Allah, Ajarkanlah Al-Qur an kepadanya.”

58. Ibnu Abbas r.a. berkata, “Rasulullah saw. memelukku [ke dadanya 4/ 217] & bersabda, “Ya Allah, ajarkanlah Al-Qur’an kepadanya.” (Dan dalam satu riwayat: al-hikmah. Al-hikmah ialah kebenaran di luar nubuwwah).

Bab Ke- 19: Kapankah Anak Kecil Boleh Mendengarkan Pengajian?

59. Ibnu Abbas r.a. berkata, “Saya datang kepada orang yang datang dengan naik keledai, pada saat itu saya hampir dewasa & Rasulullah saw. sedang [berdiri] shalat di Mina [pada waktu haji wada’ [22]] tanpa dinding.[23] Saya melewati depan shaf [kemudian saya turun], & saya melepaskan keledai itu makan & minum lalu saya masuk ke shaf. (Dan dalam satu riwayat: Lalu saya berbaris bersama orang-orang di belakang Rasulullah saw.), & tidak ada seorang pun yang mengingkari hal itu atasku.”

Bab Ke-20: Pergi Menuntut Ilmu

Jabir bin Abdullah pergi selama sebulan kepada Abdullah bin Anis mengenai sebuah hadits.[24]

(Saya berkata, “Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas yang telah disebutkan pada dua bab sebelumnya.”)

Bab Ke-21: Keutamaan Orang yang Berilmu & Mengajarkannya

60. Abu Musa mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Perumpamaan apa yang diutuskan Allah kepadaku yakni petunjuk & ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gembur yang dapat menerima air (& dalam riwayat yang mu’allaq disebutkan bahwa di antaranya ada bagian yang dapat menerima air[25] ), lalu tumbuhlah rerumputan yang banyak.

Daripadanya ada yang keras dapat menahan air & dengannya Allah memberi kemanfaatan kepada manusia lalu mereka minum, menyiram, & bertani. Air hujan itu mengenai kelompok lain yaitu tanah licin, tidak dapat menahan air & tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang pandai tentang agama Allah & apa yang diutuskan kepadaku bermanfaat baginya. Ia pandai & mengajar. Juga perumpamaan orang yang tidak menghiraukan hal itu, & ia tidak mau menerima petunjuk Allah yang saya diutus dengannya.”

Bab Ke-22: Diangkatnya (Hilangnya) Ilmu & Munculnya Kebodohan

Rabi’ah berkata, ‘Tidak boleh bagi seseorang yang memiliki sesuatu lantas menyia-nyiakan dirinya.”[26]

(Saya berkata, “Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Anas yang akan disebutkan pada [67 – an-Nikah/111- BAB].”)

Bab Ke-23: Keutamaan Ilmu

61. Ibnu Umar berkala, “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Ketika saya tidur didatangkan kepada saya segelas susu, lalu saya minum [sebagiannya 8/79], sehingga saya melihat cairan [mengalir], keluar pada kuku-kuku saya, (& dalam satu riwayat: ujung-ujung jari saya 7/74). Kemudian kelebihannya saya berikan kepada Umar ibnul Khaththab.’ Mereka berkata, ‘Engkau takwilkan apakah, wahai Rasulullah? Beliau bersabda, ‘Ilmu.'”

[[2]]

Bab Ke-24: Memberikan Fatwa-Fatwa Agama ketika Menaiki Seekor Binatang atau Berdiri di Atas Apa Saja

62. Abdullah bin Amr bin Ash mengatakan bahwa Nabi saw. wukuf pada haji Wada’ di Mina [beliau berkhotbah pada hari Nahar di atas untanya 2/191] [pada saat melempar jumrah] kepada orang-orang. Mereka bertanya kepada beliau, kemudian datanglah seorang laki-laki & berkata,

“[Wahai Rasulullah], saya tidak mengetahui, lalu saya bercukur sebelum menyembelih.” Beliau bersabda, “Sembelihlah & tidak berdosa.” Orang lain datang & berkata, “Saya tidak tahu, saya menyembelih sebelum melempar (jumrah).” Beliau bersabda, “Lemparkanlah (jumrah) & tidak berdosa.” Nabi saw tidaklah ditanya [pada hari itu 2/190] tentang sesuatu yang diajukan & dikemudiankan kecuali beliau bersabda, “Lakukanlah & tidak berdosa.”

Bab Ke-25: Orang yang Menjawab fatwa dengan Isyarat Tangan & Kepala

63. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Ilmu (tentang agama) akan dicabut, kebodohan & fitnah-fitnah itu akan tampak, & banyak kegemparan.” Ditanyakan, “Apakah kegemparan itu, wahai Rasulullah?” Lalu beliau berbuat (berisyarat) demikianlah dengan tangan beliau, lalu beliau merobohkannya, seolah-olah beliau menghendaki pembunuhan.[27]

Bab Ke-26: Anjuran Nabi saw. kepada Tamu Abdul Qais agar Memelihara Keimanan & Ilmu, & Memberitahukan kepada Orang-Orang yang di Belakang Mereka

Malik bin al-Huwairits berkata, “Rasulullah saw bersabda kepada kami, ‘Kembalilah kepada keluargamu, kemudian ajarilah mereka.'”[28]

(Saya berkata, “Dalam hal ini Imam Bukhari telah membawakan hadits Ibnu Abbas dengan isnadnya sebagaimana yang disebutkan pada hadits nomor 40.”)

Bab Ke-27: Mengadakan Perjalanan untuk Mencari Jawaban terhadap Masalah yang Benar-Benar Terjadi & Mengajarkan kepada Keluarganya

(Saya berkata, “Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Uqbah bin al-Harits yang akan disebutkan pada [67- anNikah/24-BAB].”)

Bab Ke-28: Saling Bergantian dalam Menuntut Ilmu

(Saya berkata, “Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya beberapa jalan dari hadits Umar yang akan disebutkan pada [46 al-Mazhalim/ 25 – BAB].”)

Bab Ke-29: Marah dalam Memberi Nasihat atau Mengajar, Ketika Melihat Sesuatu yang Dibencinya

64. Abu Musa berkata, “Nabi saw. ditanya tentang sesuatu yang tidak disukai oleh beliau. Ketika mereka banyak bertanya kepada beliau, maka beliau marah. Kemudian beliau bersabda kepada orang-orang, “Tanyakanlah kepada saya tentang sesuatu yang kamu kehendaki.”

Seorang laki-laki berkata, “Siapakah ayahku?” Beliau bersabda, “Ayahmu Hudzafah.” Orang lain berdiri & bertanya, “Siapakah ayahku, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Ayahmu Salim, maula ‘mantan budak’ Syaibah.” Ketika Umar melihat apa yang terdapat pada wajah beliau (yang berupa kemarahan), ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami bertobat kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia.”

Bab Ke-30: Orang yang Berjongkok di Atas Kedua Lututnya di Depan Imam atau Orang yang Memberi Keterangan

(Saya berkata, “Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Anas yang akan disebutkan pada [97 At-Tauhid/4-BAB]”).

Bab Ke-31: Pengulangan Pembicaraan Seseorang Sebanyak Tiga Kali dengan Maksud agar Orang Lain Mengerti

Ibnu Umar berkata, “Nabi saw. bersabda, ‘Apakah aku sudah menyampaikan?’ (beliau ulangi tiga kali).”

65. Anas r.a. mengatakan bahwa apabila Nabi saw. mengatakan suatu perkataan beliau mengulanginya tiga kali sehingga dimengerti. Apabila beliau datang pada suatu kaum, maka beliau memberi salam kepada mereka tiga kali.

Bab Ke-32: Seorang Lelaki Mengajar Hamba Sahayanya yang Wanita & Keluarganya

66. Abu Musa berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Tiga (golongan) mendapat dua pahala yaitu seorang Ahli Kitab yang beriman kepada Nabinya kemudian beriman kepada Muhammad saw.; hamba sahaya apabila menunaikan hak Allah Ta’ala & hak tuannya (& dalam suatu riwayat: hamba sahaya yang beribadah kepada Tuhannya dengan baik & menunaikan kewajibannya terhadap tuannya yang berupa hak, kesetiaan, & ketaatan 3/142);

& seorang laki-laki yang mempunyai budak wanita yang dididiknya secara baik serta diajarnya secara baik (& dalam satu riwayat: lalu dipenuhinya kebutuhan-kebutuhannya & diperlakukannya dengan baik 3/123), kemudian dimerdekakannya [kemudian menentukan mas kawinnya 6/121][29] , lalu dikawininya, maka ia mendapat dua pahala.”
Kemudian Amir[30] berkata, “Kami memberikannya kepadamu tanpa imbalan sesuatu pun. Sesungguhnya ia biasa dinaiki ke Madinah untuk keperluan lain.”

Bab Ke-33: Imam Menasihati & Mengajarkan Kaum Wanita

(Saya berkata, “Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas yang akan disebutkan pada [12-Al-Idain / 19-BAB].”)

Bab Ke-34: Antusiasme terhadap Hadits

67. Abu Hurairah r.a. berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah saw., ‘Wahai Rasullullah, siapakah orang yang paling bahagia dengan syafaat engkau pada hari kiamat? Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya saya telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada seorang pun yang bertanya kepadaku tentang hal ini terlebih dahulu daripada engkau, karena saya mengetahui antusiasmu (keinginanmu yang keras) terhadap hadits.

Orang yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan, “LAA ILAAHA ILLALLAH” ‘Tidak ada Tuhan melainkan Allah’, dengan tulus dari hati atau jiwanya (& dalam satu riwayat: dari arah jiwanya 7/204).”

Bab Ke-35: Bagaimana Dicabutnya Ilmu Agama

Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada Abu Bakar Ibnu Hazm sebagai berikut, “Perhatikanlah, apa yang berupa hadits Rasulullah saw. maka tulislah, karena sesungguhnya aku khawatir ilmu agama tidak dipelajari lagi, & ulama akan wafat. Janganlah engkau terima sesuatu selain hadits Nabi saw.. Sebarluaskanlah ilmu & ajarilah orang yang tidak mengerti sehingga dia mengerti. Karena, ilmu itu tidak akan binasa (lenyap) kecuali kalau ia dibiarkan rahasia (tersembunyi) pada seseorang.”

68. Dari Urwah, [dia berkata, “Kami diberi keterangan 8/148] Abdullah bin Amr bin Ash, [maka saya mendengar dia] berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (agama) dengan serta-merta dari hamba-hamba Nya. Tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan (mematikan) ulama, sehingga Allah tidak menyisakan orang pandai. Maka, manusia mengambil orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Lalu, mereka ditanya, & mereka memberi fatwa tanpa ilmu. (Dan dalam satu riwayat: maka mereka memberi fatwa dengan pikirannya sendiri). Maka, mereka sesat & menyesatkan.”

Kemudian aku (Urwah) berkata kepada Aisyah istri Nabi saw., lalu Abdullah bin Amr memberi keterangan sesudah itu. Aisyah berkata, ‘Wahai anak saudara wanitaku! Pergilah kepada Abdullah, kemudian konfirmasikanlah kepadanya apa yang engkau ceritakan kepadaku itu.’ Lalu aku datang kepada Abdullah & menanyakan kepadanya. Maka, dia menceritakan kepadaku apa yang sudah diceritakan kepadaku itu. Kemudian aku datang kepada Aisyah, lalu kuberitahukan kepadanya. maka dia merasa kagum. Ia berkata, ‘Demi Allah, sesungguhnya Abdullah bin Amr telah hafal.'” (8/148).

Bab Ke-36: Apakah untuk Kaum Wanita Perlu Diberikan Giliran Hari yang Tersendiri dalam Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Agama

(Saya berkata, “Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Said al-Khudri yang akan disebutkan pada [96 – Al-I’tisham/9 – BAB].”)

[14010025;Sumber: Ringkasan Shahih Bukhari – M. Nashiruddin Al-Albani – Gema IP]

Lanjutan artikel, baca disini:

  1. Kitab Iman #1/4
  2. Kitab Iman #2/4
  3. Kitab Iman #3/4
  4. Kitab Iman #4/4

Tinggalkan komentar